Beberapa Q & A tentang Scopus

Beberapa Q & A tentang cara membedakan jurnal kredibel/legitimate dan jurnal predator/illegitimate/deceptive/bogus:

Q: Untuk publikasi di jurnal kredible, apakah author harus bayar?

A: Tentu saja TIDAK.

Q: Beneran bisa gratis?

A: IYA, betul.

Q: Tapi mengapa banyak isu yang beredar, jika ingin publikasi artikel di jurnal kredibel, kita harus membayar dalam jumlah yang besar?

A: Jika ingin publikasi di jurnal yang bersifat OPEN ACCESS, kita (umumnya) memang harus mengeluarkan biaya. Namanya Article Processing Charge (APC), atau sejumlah uang yang harus dibayarkan oleh penulis (authors) kepada publisher salah satu jurnal setelah manuskripnya accepted agar artikelnya bisa diakses/dibaca/didownload secara bebas-gratis oleh pembaca (readers) di seluruh dunia.

Q: Apa itu OPEN ACCESS journal?

A: Singkatnya, "open access" itu adalah suatu jurnal dimana artikel-artikel yang dipublikasikan di jurnal tersebut bisa diakses/dibaca/didownload secara bebas dan gratis oleh pembaca (readers) di seluruh dunia.

Q: Jika ingin publikasi di jurnal OPEN ACCESS, apakah authors selalu harus membayar APC?

A: Umumnya memang demikian. Sebagian besar jurnal OPEN ACCESS mengharuskan author untuk membayar sejumlah APC agar artikelnya bisa dipublikasikan di Jurnal tersebut. Hal ini dinamakan GOLD OPEN ACCESS. Ada juga jurnal yang bersifat GREEN OPEN ACCESS dimana authors tidak harus membayar APC pada saat artikelnya diterbitkan. Akan tetapi, artikel ini biasanya di-embargo oleh publisher selama waktu tertentu, misalnya 1-2 tahun semenjak artikelnya terbit, dan selama masa embargo artikel kita hanya bisa diakses bebas oleh institusi yang berlangganan dengan jurnal tersebut. 

Q: Jadi kalau publikasinya bukan di jurnal open access, apakah benar tidak harus membayar?

A: BENAR! Author tidak perlu membayar untuk submit artikel sampai artikel tersebut diterbitkan. Untuk jurnal jenis ini, pembaca (readers) yang harus membayar untuk bisa mengakses artikel tersebut, namanya "individual subscription". Atau bisa juga aksesnya menggunakan jaringan institusi/universitas tertentu, namanya "institutional subscription".

Q: Apakah hanya ada dua jenis jurnal dari segi akses? "open access" dan non-open access atau "subscribtion journal"?

A: TIDAK! Beberapa jurnal mengadopsi kedua sistem ini sekaligus. Misal dalam satu edisi yang sama suatu jurnal, beberapa artikel yang terbit bersifat non-open access dan beberapa lagi bersifat open access. Hal ini dinamakan HYBRID OPEN ACCESS, dimana pada dasarnya jurnal tersebut bersifat restricted access dan hanya bisa diakses oleh institusi yang berlangganan serta tidak mengenakan biaya kepada authors, tapi terdapat satu atau lebih artikel yang jika author menginginkan agar artikelnya open access, maka author tersebut harus membayar sejumlah APC.

Q: Apakah publikasi artikel di jurnal open access lebih mudah dan lebih cepat dibandingkan dengan publikasi di "subscribtion journal"?

A: TIDAK BENAR, kecuali jurnal tersebut bersifat predator!

Q: Apa maksudnya jurnal predator?

A: Jurnal yang memanfaatkan celah open access dengan meminta bayaran APCs yang (umumnya) LEBIH MURAH dari jumlah APCs standar, tanpa mengindahkan prosedur etika publikasi dan integritas akademik yang semestinya. Atau dengan kata lain “profit oriented”, yang menghalalkan segala cara untuk “memangsa” author. Jurnal TIDAK KREDIBEL!

Q: Maksudnya lebih murah bagaimana? Bukannya jurnal predator itu yang memiliki APC lebih mahal?

A: Tidak demikian. APC standar jurnal open access yang dikelola oleh penerbit-penerbit kredibel biasanya berkisar antara USD 1.500 sd. USD 3.000, atau bahkan lebih besar. Misalnya, Elsevier (https://www.elsevier.com/about/policies/pricing), Emerald (https://www.emeraldgrouppublishing.com/services/authors/publish-us/publish-open-access/journal), Nature Publishing (https://support.nature.com/en/support/solutions/articles/6000227571-find-the-apc-for-a-specific-journal), PloS (https://plos.org/publish/fees/), dan lain-lain.

Q: Oh, jadi jurnal predator itu bukan jurnal yang meminta bayaran lebih besar?

A: Biasanya BUKAN! Jurnal predator itu (kemungkinan besar adalah) yang meminta bayaran APCs lebih kecil (Sumber: https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1087/20150111; dan https://f1000research.com/articles/7-1001/v1).

Q: Berapa biasanya jurnal predator meminta bayaran APC untuk setiap artikel yang mereka terbitkan?

A: Biasanya mereka meminta bayaran sekitar USD 100, bisa lebih kecil bisa juga sedikit lebih besar (sumber: https://onlinelibrary.wiley.com/doi/pdf/10.1087/20150111). Kisaran biayanya bisa sekitar USD 100,- hingga USD 500,-.

Q: Apakah nominal segitu sudah fixed?

A: Tidak juga, tidak ada nominal biaya yang pasti. Tapi logikanya, kalau APC nya mahal, tentu tidak ada yg tertarik publikasi di sana, kecuali jurnal tersebut benar-benar berkualitas/prestigious dan memiliki impact factor yang tinggi.

Q: Apakah APC rendah adalah satu-satunya ciri jurnal predator?

A: TIDAK! Banyak lagi ciri-ciri yang lain misalnya publikasi yang cepat semenjak submission, tidak melalui peer-review yang semestinya, komentar editor yang seadanya tanpa komentar substantif dari reviewer, jumlah artikel dalam satu edisi yang sangat tinggi dan tidak masuk akal, dan lain-lain. Ciri-ciri lengkapnya bisa dibaca di sini: https://f1000research.com/articles/7-1001/v1.

Q: Apakah jurnal terindeks SCOPUS sudah pasti kredibel dan tidak bersifar predator?

A: Tidak demikian! Jurnal terindeks SCOPUS belum tentu krdibel! Banyak juga jurnal-jurnal yang sebenarnya predator tapi menyusup ke dalam indeksasi standar. Untuk diketahui, indeksasi SCOPUS bukanlah yang paling rigid. Masih banyak indeksasi lain yang lebih rigid, kredibel dan jamak digunakan oleh komunitas akademik. Misalnya, indeksasi oleh CLARIVATE ANALYTICS/ WEB OF SCIENCE, PubMed untuk bidang kedokteran dan kesehatan, FT50 untuk bidang economics dan social sciences, dan lain-lain.

Q: Lalu dimana kita bisa mengetahui jurnal tersebut predator?

A: Cara “tradisional” dengan menggunakan Beall’s list (Sumber: https://beallslist.net/)

Q: Apakah itu adalah satu-satunya cara?

A: Tidak! Kita bisa melihat daftar jurnal-jurnal yang diduga tidak kredibel dari discontinued lists yang regular dikeluarkan oleh beberapa lembaga pengindeks, seperti discontinued DOAJ (https://blog.doaj.org/2018/03/19/update-on-discontinued-journals/) dan  SCOPUS discontinued list (https://www.elsevier.com/__data/assets/excel_doc/0005/877523/Discontinued-sources-from-Scopus.xlsx). Lembaga pengindeks lain seperti Web of Science juga rutin mengupdate daftar jurnalnya setiap tahun (https://clarivate.com/products/journal-citation-reports/).

Semoga kita lebih hati-hati sebelum memutuskan untuk mempublikasikan artikel kita di sebuah Jurnal, serta terhindar dari mempublikasikan artikel kita di jurnal-jurnal yang bersifat predator, atau di jurnal-jurnal yang berpeluang "discontinued" pada indeksasi tertentu seperti SCOPUS!

BERSAMBUNG...

Kesimpulan 01

Induktif: khusus-umum-Kuali


Metode penelitian: alat, instrumen untuk memperoleh data
Metodologi penelitian: desain yang menjadi alasan pemilihan dan penggunaan suatu metode tertentu serta menguhubungkan pilihan dan penggunaan metode tersebut dengan hasil yang diinginkan

Paradigma: seperangkat kepercayaan dan kesepakatan yang dianut bersama dikalangan ilmuan

Objektivisme: hanya ada satu realitas atau kebenaran

Positivisme: harus menunjukkan sesuatu yang nyata, pasti, jelas, dan bermanfaat

Post-positivisme: menekankan pentingnya keberagaman dalam pengukuran dan pengamatan (triangulasi)

Konstrutivistik: tidak ada realitas atau kebenaran tunggal

Subjektivitas: apa yang kita percaya sebagai kenyataan dan realita

Pragmatisme: realitas selalu di negosiasikan, diperdebatkan dan diinterprestasikan terus menerus karena metode terbaik adalah yang dapat menyelesaikan masalah

Ontologi: mengenai realitas, eksistensi atau keberadaan
Epistemologi: bagaimana proses munculnya pengetahuan?
Aksiologi: membahas mengenai nilai2


Hermeneutik: menginterprestasikan atau menafsirkan

Apa itu hipotesis ? Hipotesis adalah , Beda Ho dan Ha, Jenis Hipotesis

HIPOTESIS

 

HIPOTESIS

 

A. Pengertian Hipotesis

Setelah peneliti mengadakan penelaahan yang mendalam terhadap berbagai sumber untuk menentukan anggapan dasar, maka langkah berikutnya adalah merumuskan hipotesis. Seperti yang sudah kita ketahui ketika melakukan penelitian kita bertujuan untuk mengetahui sesuatu yang pada tingkat tertentu dipercaya sebagai sesuatu yang benar. Ia bertitik tolak pada pertanyaan yang disusun dalam bentuk masalah penelitian. Dan untuk menjawab pertanyaan itu disususn suatu jawaban sementara yang kemudian dibuktikan melalui penelitian empiris, tetapi pernyataan itu masih bersifat dugaaan dan pada tahap ini kita mengumoulkan data untukmenguji hipotesis kita.

Agar dapat mudah dipahami pengertian ini, perlu dikutipkan pendapat Prof. Suttisno Hadi MA. Tentang pemecahan masalah. Seringkali peneliti tidak dapat memecahkan Drs permasalahannya hanya dengan sekali jalan. Permasalahan itu akan diselesaikan dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk mencari jawaban melalui penelitian yang dilakukan.

Jawaban terhadap permasalahan itu dibedakan atas dua hal sesuai dengan tarap pencapainnya yaitu :

Jawaban permasalahn yang berupa kebenaran pada tarap teoritik, dicapai melalui membaca.
Jawaban permasalahan yang berupa kebenaran pada tarap praktek. Dicapai setelah penelitian selesai, yaitu setelah pengolahan terhadap data.
Sehubungan dengan pembatasan pengertian diatas maka hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.

Hipotesis (hypo = sebelim; yhesisi = pernyataan, pendapat) adalah suatu pernyataan yang pada waktu diungkaokan belum diketahui kebenarannya, tetapi memungkinkan untuk diuji dalam kenyataan empiris. Hipotesis memungkinkan untuk menghubungkan teori dengan pengamatan, atau pengamatan dengan teori. Hipotesis mengemukakan pernyataan tentang harapan peneliti mengenai hubungan –hubungan antara variable-variabel didalam persoalan. Dengan dmikian hipotesis ini memberikan arah pada penelitian yang harus dilakuakn oleh peneliti.

Jadi dapat disimpulkan bahwa Hiotesis itu adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya

Dalam metode hipotetik-deduktif, hipotesis sebaiknya falsifabel, berarti bahwa mungkin bahwa itu bisa diperlihatkan bahwa itu adalah salah, biasanya oleh pengamatan.

Hipotesis ilmiah mencoba mengutarakan jawaban sementara terhadap problema. Hipotesis menjadi teruji apabila semua gejala yang timbul tidak bertentangan dengan hipotesis tersebut. Dalam upaya pembuktian hipotesis, peneliti dapat saja dengan sengaja menimbulkan/ menciptakan suatu gejala. Kesengajaan ini disebut percobaan atau eksperimen. Hipotesis yang telah teruji kebenarannya disebut teori.

Contoh :

Apabila terlihat awan hitam dan langit menjadi pekat, maka seseorang dapat saja menyimpulkan (menduga-duga) berdasarkan pengalamannya bahwa (karena langit mendung, maka..) sebentar lagi hujan akan turun. Apabila ternyata beberapa saat kemudia hujan benar turun, maka dugaan terbukti benar. Secara ilmiah, dugaan ini disebut hipotesis. Namun apabila ternyata tidak turun hujan, maka hipotesisnya dinyatakan keliru.( Vardiansyah, Dani. Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Indeks, Jakarta 2008. Hal.10)

Hipotesis merupakan kebenaran sementara yang perlu diuji kebenarannya oleh karena itu hipotesis berfungsi sebagai kemungkinan untuk menguji kebenaran suatu teori.

Jika hipotesis sudah diuji dan dibuktikan kebenaranya, maka hipotesis tersebut menjadi suatu teori. Jadi sebuah hipotesis diturunkan dari suatu teori yang sudah ada, kemudian diuji kebenarannya dan pada akhirnya memunculkan teori baru

Fungsi hipotesis menurut Menurut Nasution ialah sbb:

  • Untuk menguji kebenaran suatu teori,
  • Memberikan gagasan baru untuk mengembangkan suatu teori dan
  • Memperluas pengetahuan peneliti mengenai suatu gejala yang sedang dipelajari

 

Fungsi hipotesisi yang seperti ini menurut Ary Donald adalah

  • Memberikan penjelasan tentang gejala-gejala serta memudahkan perluasan pengetahuan dalam suatu bidang.
  • Mengemukakan pernyataan tentang hubungan dua konsep yang secara langsungdapat diuji dalam peneltian.
  • Memberikan arah pada penelitian
  • Memberi kerangka pada penyusunan penelitian.

Supaya fungsi itu dapat berjalan secara efektif, naka ada faktor-faktor yang harus diperhatikan pada penyusunan hipotesis,

  • Hipotesis disusun dalam kalimay deklaratif yaitu kalimat tersebut bersifat positif dan tidak normative
  • Variabel yang dinyatakan dalam hipotesis adalah variable yang operasional, dalam arti dapat diamati dan diukur
  • Hipotesis menunjukan hubungan antara variable-variabel.

 

B. Menyusun Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan tentative yang merupakan dugaan mengenai apa saja yang sedang kita amati dalam usaha untuk memahaminya Asal dan Fungsi Hipotesis.

Hipoptesis dapat diturunkan dari teori yang berkaitan dengan masalah yang akan kita teliti. Jadi, Hipotesis tidak jatuh dari langit secara tiba-tiba.

Misalnya seorang peneliti akan melakukan penelitian mengenai harga suatu produk maka agar dapat menurunkan hipotesis yang baik, sebaiknya yang bersangkutan membaca teori mengenai penentuan harga.

Hipotesis dapat disusun dengan dua pendektan, yaitu secara deduktif, yaitu dengan ditarik dari teori. Suatu teori terdidi dari proposisi-proposisi, sedangkan proposisi menunjukan hubungan antara dua konsep. Proposisi ini merupakan postulat-postulat yang dari padanya disusun hipotesis.dan yang kedua secara induktif yang bertolak dari pengamatan empiris.

Pada model Walaace tentang proses penelitian ilmiah telah dijelaskan enjabarab tantabg hipotesis dari teori denagn metode deduksi logis. Teori terdiri dari seperangkat proposisi, sedangkan proposisis menunjukan hubungan diantara dua konsep. Bertitik tolak dari proposisi itu diturunkan hipotesisi secara deduksi. Konsep-konsep yang berada dalam proposisi diturunkan dalam pengamatan menjadi variable-variabel sebagaimana ditunjukan pada skema dibawah ini

Hipotesis dapat juga disusun secara induktif. Drai pengalaman kita dimasa lampau kita bisa menyusun hipotesis, yang ada hubungan positif diantara hipotesis yang kita ajukan.

Sehubungan dengan penyusunan hipotesis ini , Deobald B. Van Dallen mengemukakan postulat-postulat yang diturunkan daru dua jenis asumsi, yaitu postulat yang disusun berdasarkan asumsi dari alam, dan postulat yang berdasarkan asumsi proses psikologis. Postulat yang bersumber dari kenyataan-kenyataan alam adalah :

1. Postulat jenis ( natural kinds)

Ada kemiripan diantara objek-objek individual tertentu yang memungkinkan mereka untuk dikelompokan kedalam satu kelas tertentu. Dengan postulat ini kita dapat menyusun hipotesis terhadap objek pengamatan tertentu, apakah ia termasuk kelompok x atau kelompok y

2. Postulat Keajekan (constansi)

Dialam ini ada hal-hal yang menurut pengamatan kita selalu berulang dengan pola yang sama. Berdasarkan pengetahuan dan pengalaman ini kita mempunyai alas an untuk menduga hal yang sama.

3. Postulat Determinisme

Ada postulat sebab akibat yang menyatakan bahwa suatu peristiwa terjadi karena sesuatu atau beberapa sebab. Postulat ini dipakai untuk menyusun suatu hipotesis untuk menersngksn peristiwa tertentu.

 

C. Kerangka Hipotesis

Jumlah Variabel yang tercakup dalam suatu hipotesis dan bentuk hubungan diantaravariabel-variabel itu sangat menentukan dalam menentukan alat uji hipotesis. Hipotesisi yang hanya terdiri dari atas satu variable akan diuji dengan Univariate Analysis, contohnya sebagai berikut :

persepsi remaja terhadap kepemimpinan yang demokratis cukup tinggi. (Variabel Ordinal)
Prestasi studi mahasiswa ditahun pertama cukup rendah. (variable interval)

Ada juga hipotesis yang mencakup dua variable, yang akan diuji melalui bivariate analysis. Contoh :

Ada hubungan yang signifikan antara persepsiterhadap kepemimpinan dengan pola asuhdalam keluarga dikalangan remaja. (variable nominal)
Ada hubungan positif antara motivasi belajar dengan prestasi studi dikalangan mahasiswa. (Variabel satu diukur debgan skala interval, variable dua diukur dengan skala nordinal).

Salah satu variable pada hipotesis dengan bivariate analisis itu berfungsi sebagai variable yang dijelaskan atau variable tidak bebas, dan yang satunya berfungsi sebagai variable yang menerangkan atau variable bebas.. Misalkan variable y dapat diterangakn oleh variable x1, tetapijuga dapat diterangkan oleh x2 terlepas dari x1 dan dapat juga dijelaskanoleh variable x3 terlepas dari x1 dan x2, ketiga variable bebas yang menerangkan variable tidak bebas itu terdiri atas 3 hipotesis, yaitu :

  • Hipotesis 1 : ada hubungan antara x1 dan y
  • Hipotesis 2 : Ada hubungan antara x2 dan y
  • Hipotesis 3 : Ada hubungan antara x3 dan y

 

D. Jenis Hipotesis

Pada umumnya hipotesis dirumuskan untuk menggambarkan hubungan dua variable akibat. Namun demikian, ada hipotesis yang menggambarkan perbandingan satu variable dari dua sample.

Ada dua jenis hipotesis yang digunakan dalam penelitian

Hipotesis Kerja, atau disebut denagn hipotesis alyernatif, disingkat Ha. Hipotesis keraj menyatakan adanya hubunagn antara variable X dan Y, atau adanya perbedaan antara dua kelompok

Rumusan hipotesis kerja :

a. Jika………..maka…………..

Contoh :jika orang banyak makan, maka berat badannya naik

b. Ada perbedan antara…………..dan……….

Contoh : Ada perbedaan antara penduduk kota dan penduduk desa dalam cara berpakaian.

c. Ada pengaruh ………….terhadap………….

Contoh: Ada pengaruh makanan terhadap berat badan

Hipotesis Nol (null hypotesis) disingkat ho

Sering disebut juga hipotesis statistic, karena biasanya dipakai dalam penelitian yang bersifat statistic, yaitu diuji dengan perhitungan statistic. Hipotesis nol menyatakan perbedaan antara dua variable, atau tidak adnya pengaruh variable x terhadap variable y.

Rumusan hipotesis nol:

a. Tidak ada perbedaan antara………….dengan……………

b. Tidak ada pengaruh ………………….terhadap………..

 

E. Model Relasi

Hubungan Variabel-variabel pada hipotesis mempunyai model yang berbeda-beda. Pengertian hubungan disini tidak sama dengan pengertian hubungan dalam pembicaraan sehari-hari. Hubungan disini diartikan sebagi relasi, yaitu himpunan dengan elemen yang terdiri dari pasang urut. Himpunan yang demikian dibentuk dari himpunan yang berbeda. dapat digolongkan dalam tiga model, yaitu:

1. Model Kontingensi

Hubungan dengan model kontingensi dinyatakan dalam bentuk table silang

2. Model Asosiatif

Model ini terdapat diantara dua variable yang sama-sam ordinal, atau sama-sama nterval, atau sama-sama ratio, atau salah satu ordinal atau interval. Varibel-variabel itu mempunyai pola monoton linier, Artinya, perubahan datri variable yang bersangkutan bergerak naik terus tanpa turun kembali, atu sebaliknya turun terus tanpa naik kembali.

Disebut juga hubungan korelasi dan hubungan ini bukanlah hubungan ebab akibat, tetapi hanya menunjukan bahwa jeduanya sama-sama berubah.

3. Hubungan fungsional

Hubungan fungsional adalah hubunagn antara satu variable yang berfungsi dalam variable lain. Berbeda denagn hubungan asosiatif dimana kedua variable berdampingan satu dengan yang lain, pada hubungan fungsional variable.

 

F. Kekeliruan yang Terjadi Dalam Hipotesis

Dua jenis kekeliruan yang kadang dibuat oleh peneliti, yaitu:

  1. Menolak Hipotesis yang seharusnya diterima. Kesalahan ini disebut sebagai kesalahan alpha (a).
  2. Menerima Hipotesis yang seharusnya ditolak. Kesalahan ini disebut sebagai kesalahan beta (b)

 

Persisnya!

  • Jika Rumusan masalah anda “adakah hubungan jam produksi terhadap volume produksi”
  • Maka Hipotesis penelitian anda seharusnya “ada hubungan jam produksi terhadap volume produksi”
  • Maka Hipotesis Operasional anda
    • Ho: “tidak ada hubungan jam produksi terhadap volume produksi”
    • H1: “ada hubungan jam produksi terhadap volume produksi”
  • Jika setelah dilakukan pengujian, ternyata
    • Ho ditolak, artinya penelitian terbukti secara nyata (empiris)
    • Ho diterima, artinya penelitian anda tidak nyata secara empiris

Perumusan hipotesis dilakukan secara hati-hati setelah peneliti memperoleh bahan yang lengkap berdasarkan teori yang kuat. Namun demikian rumusan hipotesis tidak selamanya benar.

Benar dan tidaknya hipoesis tidak ada hubungannya dengan terbukti ayau tidaknya hipotesis tersebut. Mungkin seorang peneliti merumuskan hipotresis yang benar, tetapi setelah data terkumpul dan dianalisis. Ternyata hipotesis itu ditolak, atau tidak terbukti. Sebaliknya mungkin seorang peneliti merumuskan sebuah hipitesis ynag salah , tetapi setelah dicocokan dengan datanya, hipotesis yang salah tersebut terbukti. Keadaan ini akan berbahaya, apabila mennganaihipotesis yang berbahaya.

 

G. Cara Merumuskan Hipotesis

Cara merumuskan Hipotesis ialah dengan tahapan sebagai berikut:

  1. rumuskan Hipotesis penelitian,
  2. Hipotesis operasional, dan
  3. Hipotesis statistik.


Hipotesis penelitian

Hipotesis penelitian ialah Hipotesis yang kita buat dan dinyatakan dalam bentuk kalimat.

Contoh:

- Ada hubungan antara gaya kepempininan dengan kinerja pegawai

- Ada hubungan antara promosi dan volume penjualan

 

Hipotesis operasional (1)

Hipotesis operasional ialah mendefinisikan Hipotesis secara operasional variable-variabel yang ada didalamnya agar dapat dioperasionalisasikan.

Misalnya “gaya kepemimpinan” dioperasionalisasikan sebagai cara memberikan instruksi terhadap bawahan.

Kinerja pegawai dioperasionalisasikan sebagai tinggi rendahnya pemasukan perusahaan.


Hipotesis operasional (2)

Hipotesis operasional dijadikan menjadi dua, yaitu Hipotesis 0 yang bersifat netral dan Hipotesis 1 yang bersifat tidak netral Maka bunyi Hipotesisnya:

H0: Tidak ada hubungan antara cara memberikan instruksi terhadap bawahan dengan tinggi – rendahnya pemasukan perusahaan

H1: Ada hubungan antara cara memberikan instruksi terhadap bawahan dengan tinggi – rendahnya pemasukan perusahaan.

 

Hipotesis statistik

Hipotesis statistik ialah Hipotesis operasional yang diterjemahkan kedalam bentuk angka-angka statistik sesuai dengan alat ukur yang dipilih oleh peneliti.

Dalam contoh ini asumsi kenaikan pemasukan sebesar 30%, maka Hipotesisnya berbunyi sebagai berikut:

  • H0: P = 0,3
  • H1: P =! 0,3

 

H. Uji Hipotesis

  • Hipotesis yang sudah dirumuskan kemudian harus diuji.
  • Pengujian ini akan membuktikan H0 atau H1 yang akan diterima.
  • Jika H1 diterima maka H0 ditolak, artinya ada hubungan antara cara memberikan instruksi terhadap bawahan dengan tinggi – rendahnya pemasukan perusahaan.

uji hipotesis-part 3 (uji hipotesis rata-rata 1 populasi)

Uji Hipotesis part 2 (Prosedur Pengujian Hipotesis, Statistik Uji, Wilay...

UJI HIPOTESIS STATISTIK-Part 1

Model Pengembangan Dick & Carey - TIM 1 Teknologi Pendidikan UNJ

Analyze - (Tahap Pertama Model ADDIE)

Evaluasi - (Tahap kelima dari model ADDIE)

Implementasi di Perguruan Tinggi - (Tahap keempat dari model ADDIE)

Develop - (Tahap Ketiga Dari Model ADDIE)

Design (Tahap Kedua Dari Model ADDIE)

Tahapan Penelitian R&D : Model ADDIE (Part 2) || Physics Learning Center

Tahapan Penelitian R&D : Model ADDIE (Part 1) || Physics Learning Center

Penelitian R&D || Model dan Prosedur Pengembangan || Trik Penyusunan Bab...

Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data || R&D

Teknik Analisis Data || R&D

True Experiment VS Quasi Experiment

 

True Experiment VS Quasi Experiment

Penelitian eksperimen merupakan suatu penelitian yang menjawab pertanyaan “jika kita melakukan  sesuatu pada kondisi yang dikontrol secara ketat maka apakah yang akan terjadi?”. Untuk mengetahui apakah ada perubahan atau tidak pada suatu keadaan yang di control secara ketat maka kita memerlukan perlakuan (treatment) pada kondisi tersebut dan hal inilah yang dilakukan pada penelitian eksperimen.  Sehingga penelitian eksperimen dapat dikatakan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiono : 2010).

Menurut Solso & MacLin (2002), penelitian eksperimen adalah suatu penelitian yang di dalamnya ditemukan minimal satu variabel yang dimanipulasi untuk mempelajari hubungan sebab-akibat. Oleh karena itu, penelitian eksperimen erat kaitanya dalam menguji suatu hipotesis dalam rangka mencari pengaruh, hubungan, maupun perbedaan perubahan terhadap kelompok yang dikenakan perlakuan.

Beberapa bentuk desain bentuk penelitian eksperimen

Menurut Prof. Dr. Sugiyono dalam bukunya “Metode Penelitian Pendidikan” tahun 2010, beliau membagi desain penelitian ekperimen kedalam 3 bentuk yakni pre-experimental design, true experimental design, dan quasy experimental design.

A. Pre-experimental design

Desain ini dikatakan sebagai pre-experimental design karena belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen. Rancangan ini berguna untuk mendapatkan informasi awal terhadap pertanyaan yang ada dalam penelitian. Bentuk Pre- Experimental Designs ini ada beberapa macam antara lain :

  1. One – Shoot Case Study (Studi Kasus Satu Tembakan)

Dimana dalam desain penelitian ini terdapat suatu kelompok diberi treatment (perlakuan) dan selanjutnya diobservasi hasilnya (treatment adalah sebagai variabel independen dan hasil adalah sebagai variabel dependen). Dalam eksperimen ini subjek disajikan dengan beberapa jenis perlakuan lalu diukur hasilnya.

2. One – Group Pretest-Posttest Design (Satu Kelompok Prates-Postes)

Kalau pada desain “a” tidak ada pretest, maka pada desain ini terdapat pretest sebelum diberi perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan

3. Intact-Group Comparison

Pada desain ini terdapat satu kelompok yang digunakan untuk penelitian, tetapi dibagi dua yaitu; setengah kelompok untuk eksperimen (yang diberi perlakuan) dan setengah untuk kelompok kontrol (yang tidak diberi perlakuan).

 

B. True Experimental Design

Dikatakan true experimental (eksperimen yang sebenarnya/betul-betul) karena dalam desain ini peneliti dapat mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen. Dengan demikian validitas internal (kualitas pelaksanaan rancangan penelitian) dapat menjadi tinggi. Ciri utama dari true experimental adalah bahwa, sampel yang digunakan untuk eksperimen maupun sebagai kelompok kontrol diambil secara random (acak) dari populasi tertentu. Jadi cirinya adalah adanya kelompok kontrol dan sampel yang dipilih secara random. Desain true experimental terbagi atas :

  1. Posstest-Only Control Design

Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara random (R). Kelompok pertama diberi perlakuan (X) dan kelompok lain tidak. Kelompok yang diberi perlakuan disebut kelompok eksperimen dan kelompok yang tidak diberi perlakuan disebut kelompok kontrol.

2. Pretest-Posttest Control Group Design.

Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara acak/random, kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

3. The Solomon Four-Group Design.

Dalam desain ini, dimana salah satu dari empat kelompok dipilih secara random. Dua kelompok diberi pratest dan dua kelompok tidak. Kemudian satu dari kelompok pratest dan satu dari kelompok nonpratest diberi perlakuan eksperimen, setelah itu keempat kelompok ini diberi posttest.

 

C. Quasi Experimental Design

Bentuk desain eksperimen ini merupakan pengembangan dari true experimental design, yang sulit dilaksanakan. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Walaupun demikian, desain ini lebih baik dari pre-experimental design. Quasi Experimental Design digunakan karena pada kenyataannya sulit medapatkan kelompok kontrol yang digunakan untuk penelitian.

Dalam suatu kegiatan administrasi atau manajemen misalnya, sering tidak mungkin menggunakan sebagian para karyawannya untuk eksperimen dan sebagian tidak. Sebagian menggunakan prosedur kerja baru yang lain tidak. Oleh karena itu, untuk mengatasi kesulitan dalam menentukan kelompok kontrol dalam penelitian, maka dikembangkan desain Quasi Experimental. Desain eksperimen model ini diantarnya sebagai berikut:

  1. Time Series Design

Dalam desain ini kelompok yang digunakan untuk penelitian tidak dapat dipilih secara random. Sebelum diberi perlakuan, kelompok diberi pretest sampai empat kali dengan maksud untuk mengetahui kestabilan dan kejelasan keadaan kelompok sebelum diberi perlakuan. Bila hasil pretest selama empat kali ternyata nilainya berbeda-beda, berarti kelompok tersebut keadaannya labil, tidak menentu, dan tidak konsisten. Setelah kestabilan keadaan kelompok dapay diketahui dengan jelas, maka baru diberi treatment/perlakuan. Desain penelitian ini hanya menggunakan satu kelompok saja, sehingga tidak memerlukan kelompok kontrol.

2. Nonequivalent Control Group Design

Desain ini hampir sama dengan pretest-posttest control group design, hanya pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random. Dalam desain ini, baik kelompok eksperimental maupun kelompok kontrol dibandingkan, kendati kelompok tersebut dipilih dan ditempatkan tanpa melalui random. Dua kelompok yang ada diberi pretes, kemudian diberikan perlakuan, dan terakhir diberikan postes.

3. Conterbalanced Design

Desain ini semua kelompok menerima semua perlakuan, hanya dalam urutan perlakuan yang berbeda-beda, dan dilakukan secara random.

  1. Factorial Design

Desain Faktorial selalu melibatkan dua atau lebih variabel bebas (sekurang-kurangnya satu yang dimanipulasi). Desain faktorial secara mendasar menghasilkan ketelitian desain true-eksperimental dan membolehkan penyelidikan terhadap dua atau lebih variabel, secara individual dan dalam interaksi satu sama lain. Tujuan dari desain ini adalah untuk menentukan apakah efek suatu variabel eksperimental dapat digeneralisasikan lewat semua level dari suatu variabel kontrol atau apakah efek suatu variabel eksperimen tersebut khusus untuk level khusus dari variabel kontrol, selain itu juga dapat digunakan untuk menunjukkan hubungan yang tidak dapat dilakukan oleh desain eksperimental variabel tunggal.

Perbedaan Quasi Experimental dan True Experimental  

Quasi eksperiment didefinisikan sebagai eskperimen yang memiliki perlakuan, pengukuran dampak, unit eksperimen namun tidak menggunakan penugasan acak untuk menciptakan perbandingan dalam rangka menyimpulkan perubahan yang disebabkan perlakuan (Cook & Campbell, 1979).

Metode eksperimen sungguhan (True-Experimental) adalah menyelidiki kemungkinan hubungan sebab-akibat dengan desain di mana secara nyata ada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dan membandingkan hasil perlakuan dengan kontrol secara ketat. Validitas internal dan eksternal cukup utuh. Menurut Sumadi Suryabrata (1990:32-36) bertujuan untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab akibat dengan desain dimana secara nyata ada kelompok perlakuan dan kelompok control dan membandingkan hasil perlakuan dengan kontrol yang tidak dikenai kondisi perlakuan.

Perbedaan prosedur antara penelitian eksperimen murni dan eksperimen kuasi terletak pada populasi dan sampel yang digunakan. Dalam penelitian eksperimen murni, sampel yang digunakan dalam eksperimen maupun sebagai kelompok kontrol diambil secara random dari populasi tertentu. Peneliti dapat mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen (Sugiyono, 2012: 112).

Sedangkan dalam penelitian eksperimen kuasi, salah satu penelitian dalam dunia pendidikan, pelaksanaan penelitian tidak memungkinkan untuk melakukan seleksi subjek secara acak, karena subjek secara alami telah terbentuk dalam satu kelompok utuh (naturally formed intact group), seperti kelompok peserta didik dalam satu kelas. Penelitian eksperimen kuasi menggunakan seluruh subjek dalam kelompok belajar (intact group) untuk diberi perlakuan, bukan menggunakan subjek yang diambil secara acak (Zainal Arifin, 2011: 85-86).

Quasi experiment sesungguhnya dapat dikatakan mirip dengan true experiment jika dilihat dari pemanipulasian variabel independen yang dilakukan (Ary et al, 2010:316). Beberapa perbedaan yang sangat signifikan dari quasi experiment bila dibandingkan dengan true experiment adalah jika di dalam true experiment digunakan untuk menguji sebab-akibat yang sesungguhnya dari sebuah hasil relasi, sedangkan di dalam quasi experiment hanya melakukan pengujian tanpa adanya kendali penuh didalamnya (Salkind, 2006:10; Levy & Ellis, 2011). Namun hal ini bukan berarti bahwa peneliti sama sekali tidak memiliki kendali terhadap obyek penelitian di dalam quasi experiment, tetapi yang dimaksudkan adalah kendali yang dimiliki tidak mutlak bisa digunakan.

Contoh Studi Kasus :

Di dalam dunia pendidikan, khususnya di Indonesia, penggunaan quasi experiment sangat disarankan mengingat kondisi obyek penelitian yang seringkali tidak memungkinkan adanya penugasan secara acak. Hal tersebut diakibatkan telah terbentuknya satu kelompok utuh (naturally formed intactgroup), seperti kelompok siswa dalam satu kelas. Kelompok-kelompok ini juga sering kali jumlahnya sangat terbatas. Dalam keadaan seperti ini kaidah-kaidah dalam true experiment tidak dapat dipenuhi secara utuh, karena pengendalian variabel yang terkait subjek penelitian tidak dapat dilakukan sepenuhnya. Sehingga untuk penelitian yang berhubungan dengan peningkatan kualitas pembelajaran, direkomendasikan penggunaan teknik quasi experiment di dalam implementasinya (Azam, Sumarno &Rahmat, 2006).

Ada beberapa keterbatasan yang dimiliki oleh desain quasi experiment adalah terlalu fokus terhadap kejadian yang tidak dapat diperkirakan dan tidak berkelanjutan sehingga dapat mengaburkan tujuan jika terjadi perubahan yang tidak terduga akibat faktor fenomena ekonomi atau perkembangan politik.

Dan juga kurang kuatnya pengukuran dalam hal asosiasi yang menjadikan beberapa efek yang terjadi  pengukurannya terbatas. Hal tersebut mengakibatkan beberapa efek seringkali “tidak terlihat” padasaat pengukuran terjadi (Caporaso, 1973:31-38).

 

DAFTAR PUSTAKA / SUMBER

Ary, Donald et al, 2010, Introduction to Research in Education 8th edition, Wardswoth Cengage Learning Azam, Prof. Nurfani SU, Apt, DR. Sumarno & DR Adi Rahmat, 2006, Metodologi Penelitian Untuk Peningkatan Kualitas Pembelajaran Penelitian Kuasi Eksperimen dalam PPKP, Direktorat Ketenagaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional

Solso, R. L MacLin, M. K, O. H. (2005). Cognitive Psychologi. New York. Pearson

Sugiyono, Dr. 2010. Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Penerbit Alfabeta

Cook & Campbell, 1979

Sumadi Suryabrata (1990:32-36)

Sugiyono, Dr. 2012: 112

Azam, Sumarno &Rahmat, 2006

Zainal Arifin, 2011: 85-86

Caporaso, 1973:31-38

SIGNIFIKAN